Kamis, 24 Maret 2011

Krisis Moral di Indonesia


Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, yang harus dan yang tidak pantas dilakukan baik keharusan alamiah maupun keharusan moral. Keharusan alamiah terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam. Sedangkan, keharusan moral bahwa hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
 Orang yang memiliki kepribadian dan budi pekerti yang baik akan tercermin dari setiap tindak-tanduknya. Ia selalu mematuhi norma (aturan) yang berlaku di lingkungan masyarakat dimana ia tinggal. Dengan demikian, moral adalah ajaran atau pedoman yang dijadikan landasan untuk bertingkah laku dalam kehidupan agar menjadi manusia yang baik dan beraklak mulia.
Akan tetapi saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami gejolak sehubungan dengan kemerosotan moral dari generasi muda Indonesia. Perkembangan informasi dan teknologi yang begitu cepat dan dengan mudah diakses baik melalui jaringan internet atau media cetak. Sehingga setiap waktu kejahatan akan terlihat secara kasat mata maupun tersembunyi. Hal utama yang harus menjadi perhatian bagi bangsa ini adalah secara tidak langsung tengah terjadi penjajahan moral terhadap generasi muda kita.
Coba kita lihat banyak anak putus sekolah, perkosaan dimana-mana, Guru memperkosa anak didik, orang tua memperkosa anak kandung, dan banyak lagi yang bisa kita tuliskan di sini, itu semua berdampak buruk terhadap psikologi anak. Untuk itu saya mengajak guru dan para pembaca tulisan ini, untuk mendidik anak kita agar terhindar dari krisis moral, dan khusus untuk para guru, selain mengajar bidang study seorang guru dapat memberikan nasehat bagi anak murid didiknya.
Pada hakikatnya terjadinya krisis moral jauh lebih berbahaya daripada krisis lainya karena krisis moral akan melumpuhkan segala aspek/sendi dalam kehidupan bermasyarakat/bernegara. Penyebab Utamanya adalah mereka tidak memiliki Ideologi yang bagus dalam penerapanya. Sebenarnya Bangsa Indonesia memiliki Ideologi yang luhur yaitu Pancasila. Akan tetapi Ideologi ini sekarang tidak dijalankan secara murni dan konsekuen  sehingga yang terjadi adalah keserakahan dan kekacauan dimana mana. Jadi segala tindakannya tidak menyentuh Asas Ketuhan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika diamati secara umum,  maka ada tujuh masalah utama moral bangsa diantaranya.
1.      Hilangnya Kejujuran
Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy International.

2.      Hilangnya Rasa Tanggung Jawab
Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti  banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat.

3.      Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner)
Eksploitasi alam adalah salah satu  bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana.

4.      Rendahnya Disiplin
Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.

5.      Kriris Kerjasama
Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat.

6.      Krisis Keadilan
Partnership for Governance Reform pada 2002  menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi.

7.      Krisis Kepedulian
Media masa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat.
Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana para calon pemimpin bangsa.


A.    Solusi untuk mengatasi Krisis Moral
Apabila melihat uraian diatas seolah-olah krisis moral sudah menjadi sebuah wabah penyakit yang sangat meresahkan karena telah menjalar disetiap aspek kehidupan bangsa dan harus segera dibasmi supaya tidak menjadi sebuah virus yang bisa mematikan mental dari setiap generasi muda yang ada di negeri ini.
Sebenarnya sudah banyak solusi yang dilakukan baik oleh Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga Lembaga akademik maupun non akademik. Beberapa solusi yang dilakukan antara lain.
                         
      Pendidikan Karakter
              Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemendiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Tidak kecuali di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar.
              Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
              Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.
Menurut seorang pencetus Pendidikan Karakter dari Jerman Foerster  ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter antara laing.
1.      Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2.      Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
3.      Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
4.      Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan Karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Training Motivasi
              Saat ini banyak lembaga yang menawarkan berbagai macam Training Motivasi yang memiliki tujuan terutama yang berkaitan erat dengan Perbaikan Moral Bangsa Indonesia dan objek utama yang menjadi sorotan ialah para generasi muda. Karena ditangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan.
              Salah satu lembaga tersebut yaitu ESQ Ways 165 yang diprakarsai seorang anak bangsa yang luar biasa. Beliau adalah Bapak Ari Ginanjar Agustian. Secara umum terdapat 7 nilai Dasar ESQ, antara lain : Jujur, Tanggung Jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil dan Peduli atau Empati.
              Training ESQ adalah sebuah fenomena. Menggugah, dan mampu mengubah kehidupan seseorang. Itu salah satu kesimpulan para peserta yang telah mengikuti training ESQ. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda dari pelatihan lainnya dan bukan sekadar pelatihan kepemimpinan atau manajemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spiritual dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosi dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan dimensi spiritual manusia.
              ESQ dengan seksama memandu seseorang dalam membangun prinsip hidup dan karakter berdasarkan ESQ Way 165. Angka 165 merupakan simbol dari 1 Hati pada Yang Maha Pencipta, 6 Prinsip Moral, dan 5 Langkah Sukses. ESQ hadir untuk siapa saja yang berkeinginan untuk membentuk karakter manusia paripurna. ESQ juga merupakan upaya untuk menjembatani rasionalitas dunia usaha dengan spirit ketuhanan. Melengkapi makna sukses dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam, menuju esensi bahagia yang sesungguhnya. 
              Peserta akan dituntun untuk membangkitkan 7 nilai dasar: jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli. Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Melalui training ESQ ini peserta diarahkan untuk dapat mencapai nilai-nilai dasar tersebut dan membantu menyadarkan adanya kekuatan tersembunyi serta mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif.
              Yang unik dan membedakan training ESQ dari pelatihan lainnya adalah training dibuat sedemikian rupa sehingga peserta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukkan yang penuh makna dengan berbagai unsur didalamnya seperti drama, parodi, dan komedi. Sebagai materi pendukung, peserta juga akan diajak terlibat beberapa aktifitas dalam training seperti permainan, simulasi, serta saling berbagi pengalaman diantara peserta. Materi training akan disampaikan secara multimedia yang menggabungkan antara animasi, klip film, efek suara, dan musik.
              Ditampilkan dengan medium beberapa layar besar, berukuran minimal 2 x 3 meter dengan tata suara sekitar 10.000 watt. Training dilaksanakan di berbagai tempat terpilih dengan standar tertentu untuk memastikan bahwa training dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi peserta. RagamTraining Untuk memperluas jangkauan ESQ, maka pelatihan ESQ dikembangkan menjadi beberapa kelompok. Itu agar penyampaian materi lebih efektif sesuai dengan target partisipan masing-masing. Hingga saat ini, ESQ telah menyentuh hampir ke seluruh tingkatan umur, mulai dari anak-anak hingga usia lanjut.

Suasana ESQ Training Eksekutif di Jakarta Convention Center antara lain.
a.       Training Eksekutif
 Ditujukan untuk para pemimpin, akademis dan umum. Training ini berdurasi 4 hari dan telah mempunyai alumni lebih dari ratusan ribu orang diseluruh Indonesia.
b.      TrainingProfesional
Kategori ini dilaksanakan dalam 3 hari. Dapat diikuti oleh para profesional, pejabat pemerintahan, dosen, dan anggota masyarakat lainnya.
c.       Training Regular
Pelatihan dilakukan selama 2 hari. Diperuntukkan bagi usahawan, staf perusahaan, pegawai swasta maupun pemerintahan, guru, dan kalangan masyarakat lainnya.
d.      Training Korporasi
ESQ pun dapat dikemas secara khusus menjadi pelatihan korporasi (in house training) bagi organisasi, lembaga, atau perusahaan yang menginginkan adanya perubahan total pada diri karyawannya guna meningkatkan produktifitas. Tak kurang dari 50 perusahaan telah mengikuti training ini, dan telah meluluskan lebih dari 47.000 alumni.
e.       Training Mahasiswa
Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa. Sedemikian pentingnya posisi mahasiswa di suatu bangsa membuat ESQ menyadari dibutuhkannya pelatihan khusus bagi mereka. Disampaikan dengan bahasa ringan dan gaya yang sesuai dengan kalangan muda. Selama 2 hari para peserta diajak untuk dapat lebih mudah memahami dan mendalami ESQ sebagai bekal mereka menapaki masa depan.
f.       Training Remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling menentukan bagi kehidupan seseorang. Untuk itu diperlukan bekal yang kuat agar pribadi remaja dapat kokoh menghadapi semua tantangan dan permasalahannya. ESQ Training Remaja, bagi siswa siswi SMP dan SMA, hadir untuk bisa menemani jiwa remaja untuk menemukan kedamaian dalam pencarian jati dirinya melalui penempaan selama 2 hari.

g.      TrainingAnak-anak
Pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual akan lebih mudah bila diterapkan sedini mungkin. Maka ESQ pun melahirkan terobosan, yakni melaksanakan Training Anak. Ditujukan untuk para siswa Sekolah Dasar, berlangsung selama 2 hari.

Pengetahuan Agama
              Agama dan moral memiliki keterkaitan dalam perannya membentuk karakter manusia. Dalam hal ini dibutuhkan suatu bentuk pengajaran agar keduanya dapat tersinkronisasi dengan baik.
Sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia berkualitas secara fisik dan mental. Secara fisik, pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara mental pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap orang sesuai dengant ataaturan.
              Agama merupakan salah satu bentuk pendidikan yang paling penting untuk membentuk moral manusia. Karena pada dasarnya, agama mengajarkan kepada semua oang untuk memelihara perbuatannya dari keburukan dan melakukan kebaikan.selain itu, setiap agama juga menganjurkan umatnya untuk terus belajar dan menimba ilmu atau pendidikan. Karena pendidikan agama akan memberi “imunisasi” pada jiwa seseorang untuk selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama itu sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas pemeluknya.
             
Pondok Pesantren
              Pesantren adalah sebuah institusi pendidikan yang fokus pada pembelajaran dan praktek ilmu Islam. Di pesantren para santri diajarkan ilmu islam mulai yang paling dasar yaitu aqidah sampai kepada ilmu praktis seperti fiqih. Santri dibina agar memiliki aqidah yang lurus dan akhlak yang baik, yang merupakan bekal penting agar selamat menjalani kehidupan di dunia ini.
              Berbagai tindakan tak bermoral yang dilakukan oleh manusia adalah karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang agama, bahkan bisa jadi mereka hanya pernah belajar agama yaitu di sekolah, yang hanya 2 jam seminggu. Bisa dibayangkan porsi ilmu agama apa yang akan mereka dapat jika hanya mengharapkan dari sekolah? Nyatanya, inilah yang banyak terjadi. Terkadang sampai dewasa pun membaca Al-Qur’an masih terbata-bata, terhadap kitab suci saja begitu, bagaimana dengan ilmu agama yang lain?
              Pendidikan moral yang paling komplit adalah agama, karena agama kita telah mengajarkan semua hal tentang tata cara hidup, sampai tata cara masuk kamar mandi sekalipun. Oleh karena itu, jika ingin merubah moral bangsa Indonesia, maka harus dimulai sejak dini, harus dididik sejak kecil melalui pesantren. Setiap orang tua berkewajiban untuk mengajarkan agama pada anaknya, boleh oleh mereka sendiri, atau jika merasa kurang mampu karena kesibukan dan sebagainya, maka pesantren adalah alternatif terbaik.
              Rasanya, masyarakat modern dan kelas atas masih kurang awam dengan yang namanya pesantren, beda halnya dengan masyarakat pedesaan. Saya pernah dengar dari seorang pejabat departemen agama kalau tidak salah, beliau mengatakan bahwa lebih dari 40 juta anak kurang mampu bersekolah di pesantren. Apakah ini berarti pesantren hanya untuk warga kelas bawah? Tentu saja tidak, mungkin ini karena banyak pesantren yang biayanya lebih murah bahkan gratis.
              Lebih dari itu, pesantren sebenarnya adalah untuk semua kalangan yang menginginkan anaknya atau dirinya memiliki pengetahuan agama serta akhlak yang bagus. Menurut saya masyarakat modern sudah kurang berorientasi pada moral dan agama, tapi hanya melihat dari segi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan duniawi. Bagi saya itu aneh, sangat aneh. Rasanya manusia bisa hidup damai tanpa kemajuan teknologi, tapi bayangkan apa yang terjadi jika tanpa kemajuan moral? Sebagian orang berpendapat bahwa pesantren berhasil jauh lebih baik dari sekolah umum dalam hal menghasilkan manusia yang bermoral dan berbudi luhur. Pernahkah santri tawuran antar pesantren misalnya? Santri menjadi pemakai dan pengedar narkoba misalnya? Dan sebagainya lah. Ada mungkin saja, tapi saya yakin persentasenya jauh lebih kecil dibanding dengan yang bukan santri.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al A’raf : 97)

              Ingin melihat Indonesia yang damai, berkah, sejahtera atau Indonesia yang penuh bencana? Jawabannya telah Allah jelaskan seperti firmannya di atas, yaitu penduduknya haruslah beriman dan bertakwa jika ingin diberkahi atau sebaliknya jika ingin disiksa. Seorang muslim sejati pasti percaya dengan firman ALLAH SWT, Dia tak mungkin bohong atau ingkar janji.
              Mari, percayakan pesantren untuk mendidik generasi penerus bangsa ini, agar menghasilkan kader yang beriman dan bertaqwa yang memiliki aqidah dan akhlak yang baik.
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar