Kamis, 24 Maret 2011

Pendidikan Sepanjang Hayat

“From the Cradle to the Grave”
“Minal Mahdi Ilalahdi”
“Dari Ayunan hingga Liang Kubur”


            Memahami definisi Pendidikan menurut buku Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/73) dikatakan bahwa: Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Jadi, pemerintah Indonesia memaknai kebijaksanaaan bahwa pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan sampai meninggal dunia. Kalau ditafsirkan bahwa anak di dalam kandungan itu sudah hidup; maka pendidikan dimulai sejak anak dalam kandungan.
Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) sedang menjadi perbincangan hangat terutama bagi lembaga Internasional sekelas UNESCO. Mereka berpendapat bahwa untuk dapat mengatasi ataupun mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang pada khususnya dengan melihat problem-problem ketertinggalan dan juga kemiskinan hanya dapat diatasi dengan Pendidikan.
            Perkembangan informasi dan teknologi yang berkembang pesat diera globalisasi inilah yang menjadikan salah satu sebab dan tantangan bagi setiap  orang yang hidup di abad ke-21 ini. Tuntutan dan keharusan untuk selalu mengupdate dan menguasai setiap perkembengan teknologi yang ada. Terutama bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi.
Pada hakikatnya Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) memiliki tujuan untuk menanamkan kesadaran dalam setiap diri individu bahwa sebenarnya belajar tanpa henti merupakan sebuah keharusan. Karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan diharapkan kualitas hidup yang dicapai juga akan menjadi lebih baik.
Misalnya adalah seorang petani dengan bekal tambahan selain bercocok tanam juga memiliki ketrampilan lain yaitu penguasaan teknologi informasi berupa internet maka ia bisa memanfaatkannya guna membangun jaringan relasi bisnis untuk menambah omset pendapatannya dalam pemasaran hasil bumi yang ia olah.
Atas dasar yang demikian itu, semakin maju suatu masyarakat semakin menuntut agar warganya mempunyai pengetahuan yang memadai. Pengetahuan itu perlu selalu ditambah, diperbarui selaras dengan informasi dan pengetahuan baru yang ada.

1.      Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Dengan diterimanya konsep Pendidikan Sepanjang Hayat sebagai konsep dasar pendidikan maka berarti sifat kodrati pendidikan, yaitu upaya memperoleh bekal untuk mengatasi masalah hidup sepanjang hidup lebih menembus dan menjiwai penyelenggaraan semua sistem pendidikan yang ada, yang sudah melembaga maupun yang belum Pendidikan berlangsung dari masa bayi (bina balita) sampai dengan pendidikan diri sendiri pada masa manula. Seperti telah dijelaskan terdapat ciri-ciri khas Pendidikan Sepanjang Hayat, yang diharapkan menjiwai pendidikan masa kini dan pada masa mendatang. Ciri-ciri tersebut antara lain:
Pendidikan Sepanjang Hayat menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
Pendidikan Sepanjang Hayat menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan, sedangkan "bersekolah" hanya merupakan sebagian (bahkan hanya sebagian kecil) dari keseluruhan proses belajar yang dialami oleh seseorang selama hidupnya. Porsi belajar di sekolah jauh lebih kecil dibanding porsi keseluruhan proses belajar sepanjang hidup, berkisar 1 : 4.
Pendidikan Sepanjang Hayat lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan. Pendidikan Sepanjang Hayat yakin bahwa isi pendidikan senantiasa akan berubah. Pendidikan yang mengutamakan pemberian bekal isi sifatnya statis dan akan mudah dilanda keusangan. Yang lebih pokok bukan masalah apa yang hum dipecahkan melainkan bekal dasar apa dan cara pemecahan yang bagaimana harus disiapkan.
Pendidikan Sepanjang Hayat menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama di dalam proses pendidikan, yang mengarah kepada pendidikan diri sendiri (self education), autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas dan bertanggung jawab, tabah dan tahan banting dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar (learning society).

2.      Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat harus dilaksanakan
Pendidikan Telah Berlangsung Sejak Dulu Hingga Sekarang
Sejak manusia ada, pendidikan telah berlangsung. Proses pendidikan ini berlangsung secara alamiah. Tanpa belajar lewat bersekolah, anak nelayan laki-laki pada suatu ketika akan pandai menangkap ikan di tengah laut. Pemburu akan mengajarkan tanda-tanda adanya hewan yang berbahaya yang perlu dihindari sekaligus juga tahu tanda­-tanda adanya rombongan rusa yang menjadi hewan buruannya. Anak petani akan belajar cara menanam dan memeliharanya, nilai-nilai apa yang dianggap baik dan buruk di masytarakatnya secara sederhana lewat kehidupan sehari­hari karena, mengamati, mencoba-coba, mengalami hingga memperoleh penghayatan yang memadai.
Lewat Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Nasional kita akan mendapatkan klasifikasi pendidikan formal, nonformal dan informal. Persekolahan dan Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan persekolahan mencakup berbagai jenjang pendidikan, jika dikehendaki akan dialami seseorang sejak umur enam tahun hingga 24 tahun (SD hingga PT). 

Masyarakat Tradisional Tidak Banyak Mengalami Perubahan
Dalam masyarakat tradisional hampir tidak ada perubahan dalam tats kehidupannya sehingga setelah dewasa penguasaan terhadap apa yang perlu dikuasai oleh orang dewasa dapat dikatakan tuntas selesai dipelajari lewat proses pendidikan yang sederhana. Pada tingkat perkembangan tertentu, anak didik diinisiasi dengan suatu upacara adat, yang menandai ia telah meninggalkan masa kanak-kanaknya dan menjadi orang dewasa.

Semakin Maju Suatu Masyarakat Semakin Beragam Jenis Sumber Kehidupan
Saat ini kita menganggap wajar jika anak mempunyai sumber kehidupan yang berbeda dengan orang tuanya. Jenis pekerjaan yang menjadi sumber-sumber kehidupan seorang anak tidak selalu sama dengan jenis pekerjaan orang tuanya.
Dalam kehidupan masyarakat dapat kita amati bahwa orang tua tidak lagi mampu mempersiapkan seluruh kebutuhan hari depan anak dengan mendidiknya di rumah. Wajarr untuk masyarakat, maju seorang ayah pergi ke kantor, ibunya ke tempat kerja lainnya dan anaknya dididik orang lain di lembaga Penitipan Anak, Lembaga Pendidikan Pra Sekolah atau sekolah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa :
Sumber kehidupan adalah beragam pada masyarakat yang tidak tradisional. Dalam suatu kelurahan, kita temui guru, dokter, pedagang batik, dll.
Setelah dewasa, anak tidak selalu mempunyai sumber kehidupan yang sama dengan orang tuanya. Anak tidak belajar untuk bekal kehidupannya melulu dari orang tuanya saja. Dari orang lain mereka belajar lewat lembaga pendidikan yang disebut sekolah, atau mungkin kurus, penyuluhan, latihan dan lain-lain.
Apa yang harus dipelajari oleh seseorang untuk dapat hidup tidak sesederhana seperti talarn masyarakat yang tradisional. Untuk itu orang tua memerlukan orang lain atau lembaga pendidikan untuk membantu mempersiapkan anaknya menyongsong hari depan.

Keadaan yang Cepat Berubah
Yang mudah kita amati adalah kemajuan teknologi, yang pada dasarnya adalah penerapan sejumlah ilmu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kemajuan ilmu yang mendorong kemajuan teknologi telah menyebabkan adanya banyak perubahan di segala bidang kehidupan.
Perubahan itu dapat dipandang menguntungkan, misalnya banyak problem-problem yang mampu diatasi dengan hadirnya teknologi baru, sehingga kehidupan manusia dapat menjadi lebih mudah, praktis, bisa lebih murah, menyenangkan. Perubahan itu dapat jugs dianggap tidak menguntungkan, karena, cepatnya perubahan kadang sulit diikuti oleh mereka yang lamban, dapat menghilangkan mats pencaharian seseorang karena kerja manusia digantikan oleh mesin.

Perubahan Ilmu dan Teknologi Menuntut Orang untuk Menyesuaikan
Dalam masyarakat yang sudah menerapkan teknologi, perubahan yang ada kadang menuntut manusia di dalamnya untuk menyesuaikan. Dalam masyarakat industri maju, orang, akan amat tersiksa jika terbatas pengetahuannya. Semakin maju suatu masyarakat semakin menuntut agar warganya mempunyai pengetahuan yang memadai. Pengetahuan itu perlu selalu ditambah, diperbaharui selaras dengan informasi, pengetahuan baru yang ada.
Pada masyarakat yang lebih maju, menuntut warganya belajar terns belajar tanpa henti atau dengan kata lain belajar sepanjang hayat. Warga masyarakat akan mengalami kesulitan apabila, sampai ketinggalan dari pengetahuan baru yang memasyarakat.
Seorang ahli pendidikan yang bekerja untuk UNESCO, salah satu lembaga bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa untuk itu warga masyarakat tidak saja harus man belajar terns menerus, tetapi harus sekaligus gemar belajar. Hanya dengan cara demikian orang dapat menerima kemajuan ini sebagai bagian dari cara hidup yang baru, dan menerimanya tanpa beban dan keluhan.


3.      Faktor – faktor untuk mewujudkan Pendidikan Sepanjang Hayat
Keinginan
Mengapa seseorang belajar? Ada dua kemungkinan mengapa seseorang ingin belajar, yaitu karena dipaksa oleh lingkungan atau keinginan dari diri sendiri. Jika yang pertama maka tidak akan dapat menumbuhkan keinginan belajar secara berkelanjutan. Berbeda dengan yang pertama, pada kemungkinan yang kedua, individu akan menentukan kapan, apa, bagaimana proses belajar dilaksanakan.
Kemampuan
Kemampuan ini berkaitan dengan bagaimana seseorang belajar? Pada umumnya cara yang digunakan seseorang dalam proses pendidikan adalah dengan mengakumulasi informasi, memorisasi. Cara seperti ini nampaknya sudah tidak sesuai lagi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung begitu cepat, sehingga segala sesuatunya cepat usang. Dalam kondisi seperti ini, individu dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir tinggi, yang memungkinkan mereka mengavalusi, menganalisis, mensintesis dan mengaplikasikan pengetahuan untuk pemecahan masalah. Individu harus belajar berfikir secara kreatif, kritis, dan independent.
Alat
Untuk mendukung proses belajar sepanjang hayat diperlukan alat yang memungkinkan individu memperoleh akses dan kesempatan belajar kapan saja dan dimana saja. Alat tersebut berupa perangkat keras dan lunak. Termasuk dalam perangkat keras adalah system penyampaian seperti internet, CD room, video, dll. Sementara itu perangkat lunak adalah program-program pembelajaran.
Kebutuhan
Akselerasi perkembangan dan keusangan informasi menuntut individu memiliki keterampilan baru yang memungkinkannya untuk belajar secara berkelanjutan sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut tidak dapat lagi hanya bertumpu pada teks book, tetapi pada masalah riil dibidang ekonomi, politik dan social dll.

4.      Wadah Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu:
a.        Pendidikan Persekolahan
b.       Pendidikan Luar Sekolah
c.       Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media massa baik cetak atau elektronik ataupun sajian dalam Internet.

Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia hanya merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kurus steno semakin surut jumlahnya karma hadirnya teknologi baru.
Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat belajar lewat televisi, radio, komputer. Orang dapat, belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini. Karma pendidikan sepanjang hayat berwadahkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pertambahan dan perluasan lembaga pendidikan juga merupakan pertambahan dan perluasan wadah pendidikan sepanjang hayat.

5.      Ragam Progam Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhaan pokok
Di daerah pedesaan banyak diselenggarakan latihan keterampilan di luar usaha tani. Dengan demikian lewat latihan yang dilaksanakan para petani yang umumnya hanya menjadi buruh tani akan mempunyai pilihan untuk berusaha di luar usaha pertanian.
Mereka mengikuti latihan dalam Balai Latihan Kerja (BLK) agar mempunyai salah satu atau beberapa keterampilan yang dapat ditawarkan dalam pasaran kerja untuk menopang kehidupannya. Oleh karena itu jenis-jenis latihan semacam ini termasuk dalam ragam pertama, yaitu suatu pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

Pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan tuntutan bidang kerja
Contoh tentang pegawai pabrik yang hares mengikuti latihan adalah salah satu gambarannya. Tanpa latihan itu ia akan kehilangan mata pencaharian yang menghidupinya selama ini. Seperti di negara maju yang menuntut hanya doktor yang boleh latihan semacam ini banyak sekali dilaksanakan saat ini dengan nama tugas belajar dengan bea siswa atau tanpa bea siswa, pelatihan atau penataran. Tak kurang dari pegawai rendah, guru dari semua jenjang pendidikan hingga Seorang profesor kiranya pernah mengikuti penataran yang isinya untuk penyesuaian dalam bidang ker anya, balk itu sifatnya nilai yang perlu dipahami, ilmu pengetahuan baru.

Pendidikan untuk mengembangkan diri atau meningkatkan kemampuan diri
Saat ini tidak ada lagi pandangan seseorang terlambat belajar sesuatu. Orang dapat berhenti belajar karena kehabisan biaya, tetapi telah merancang bekeirja dengan cars testentu agar dapat memperoleh kesempatan suatu ketika akan belajar lagi sesuai dengan cita-citanya. Pola pengembangan atau peningkatan diri tersebut tidak selalu berjalan sistematis seperti itu.
Pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan dan rekreasional
Kita dapat melihat akhir-akhir ini betapa banyak orang yang gemar berolah raga. Para remaja mengikuti kursus senam, yang bertujuan untuk memperindah bentuk badan dan sekaligus memberi kesenangan secara umum. Orang yang lebih tua usianya memilih senam yang lebih ringan seperti senam sehat. Semua kegiatan senam tersebut ada pelatihnya, peserta membayar untuk ikut serta dalam latihan senam tersebut.
Sekelompok remaja ikut serta dalam klub bermain bola voli.  Seorang gadis mengikuti latihan bela diri, ia telah mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga ia kadang membantu pelatihnya mengajar para pemula. Seorang bangsa kulit putih di Amerika seminggu sekali mengikuti pelajaran tentang aliran kepercayaan yang berasal dari India.
Dari contoh-contoh yang disajikan dapat disimpulkan bahwa ada sejumlah ragam kepertuan yang mendorong seorang belajar sepanjang hayatnya. Ada yang belajar karena terdorong alasan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ada pula yang terdorong oleh kebutuhan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi di bidang kerjanya. Antara ragam pertama dan kedua ini kadang hampir sama karena lapangan kerja juga sekaligus sumber mendapatkan rezeki. Perbedaannya, pendidikan/latihan pads pekerja tingkat bawah jika tidak segera dipenuhi berisiko dikeluarkan dari pekerjaan, sedang bagi karyawan tingkat atas berisiko terhambat promosinya, kenaikan pangkatnya. Selanjutnya ada yang mengikuti latihan untuk menenangkan batin, menyenangkan hati dan mengisi waktu luang. Meski kegiatan ini namanya belajar, tetapi yang bersangkutan akan belajar terus karena belajar merupakan kenikmatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar