Kamis, 24 Maret 2011

Sikas dari Afrika, si Runcing yang Bernilai Puluhan Juta

Konon kabarnya tanaman Sikas (Cycas dalam bahasa latinnya)  ini sudah ada sejak jaman Dinosaurus dan diperkirakan tanaman ini sudah berumur lebih dari 240 juta tahun dan diperkirakan juga tanaman ini merupakan makanannya Dinosaurus. Dari usianya ini tergolong purba. Makanya, sikas pun banyak dicari orang.
Selintas bentuknya mirip palem. Banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Karena morfologinya yang mirip pakis, banyak juga yang menyebutnya pakis haji. Secara sepintas batang dan daunnya mirip palem.
Tanaman ini termasuk famili Cycadaceae, dan terdiri lebih dari 90-an spesies. Tanaman ini tergolong tanaman sangat kuno, karena telah ada sejak ribuan tahun lalu. Banyak jurnal ilmiah yang mengaitkan tanaman ini dengan jaman Jurrasic yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu.

Secara umum daun sikas berwarna hijau, bentuknya menyerupai bulu dan tumbuh mengarah ke luar dari batang. Panjang daun sangat bervariasi, tergantung dari jenis Sikas. Tingginya beragam. Untuk tanaman hobi biasanya tak lebih dari 3 meter. Selain bentuk Sikas yang umum, ada juga Sikas yang mengalami kelainan, seperti Sikas albino.

Distribusi Sikas yang sangat luas menunjukkan tanaman ini sangat dominan pada masa prehistorik, sikas dapat ditemui di benua Amerika (Dioon, Zamia, Mikrosikas), Australia (Macrozamia, lepidozamia dan cycas), Asia (cycas), Afrika(Encephalartos , Cycas dan Stangeria). Umur sikas yang begitu tua memberikan kesan prehistorik yang kuat sehingga menjadi buruan banyak pecinta tanaman purba.
Sikas merupakan tanaman berumah 2, ada jantan dan betina, yang bisa dibedakan pada waktu keluar 'bunga' (cone). Yang jantan biasanya kurus dan panjang sedang yang betina pendek dan bulat seperti bola rugby. Di alam penyerbukan dibantu oleh serangga, tetapi dengan banyaknya habitat yang rusak dan perbedaan waktu keluarnya bunga jantan dan betina penyerbukan semakin sulit terjadi. Bantuan manusia sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian populasi di alam. Untuk anakan sikas Afrika Selatan ini, Luhut menjualnya seharga Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Sedangkan untuk sikas dewasa bisa dijual antara Rp 15 juta hingga Rp 25 juta


Panduan pemeliharaan.
Meski sulit dibudidayakan, perawatan Sikas sangat gampang. Kena panas atau hujan tidak berpengaruh, meskipun sebenarnya lebih suka panas. Hanya saja, daunnya sering terserang penyakit seperti kutu putih.
Hal – hal berikut ini bisa digunakan sebagai panduan untuk memelihara Sikas :
1. Jangan sembarangan memakai pestisida untuk membasmi hama, karena bisa merusak daunnya. Biasanya karena tak sabar, tanaman yang kena kutu dianggap sudah mati dan dibuang. Harusnya dibersihkan dengan cara menyikat kutunya. Meski agak lama, tapi dijamin bakal keluar pucuknya lagi.
2. Perbanyakan Sikas dilakukan dengan cara vegetatif dan biji. Tapi ada juga dari anakan yaitu dari tunas yang keluar dari samping batang. Agar tumbuh lebih baik, disarankan agar tidak menyiram Sikas setiap hari. Cukup tiga kali dalam seminggu saja disiram.
3. Air. Tanaman sikas pada umumnya tidak suka terlalu banyak air, hal ini dikarenakan kebanyakan berasal dari daerah yang curah hujan rendah kecuali yang berasal dari hutan hujan Amerika tengah.
4. Media. Semua sikas menyukai media yang sangat poros. dan menyukai pot yang agak dalam agar akar utama (taproot) bisa bertumbuh maksimal terutama untuk tanaman yang baru tumbuh. Akar ini akan membesar seperti ubi untuk dipakai sebagai cadangan makanan. Sebagai panduan campuran media yang dipakai apabila disiram air sebaiknya langsung mengalir dan tidak tertahan.
5. Pupuk. Seringkali sikas dianggap bisa tumbuh baik di tanah yang miskin hara, meski ada benarnya tetapi sebenarnya sikas akan tumbuh jauh lebih maksimal dengan pemberian pupuk yang teratur.
6. Cahaya : kebanyakan sikas menyukai cahaya dengan intensitas tinggi untuk menjaga daun tetap sehat dan kompak kecuali beberapa zamia yang menyukai matahari tak langsung. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar